Setelah pada awal bulan Maret 2016, Kompetisi Menulis
bertemakan Young Adult Locality Novel ditutup, dan menyaring 42 naskah dari
banyaknya e-mail yang diterima oleh redaksi Universal Nikko, penjurian pun
mulai dilakukan. Tentu selama penjurian tersebut, menimbulkan kesan-kesan
tersendiri di hati para juri. Belum lagi karena kompetisi menulis yang
mengusung tema lokalitas dengan rasa yang young adult ini, sengaja memberikan
tantangan tersendiri kepada para pesertanya. Tentu saja kompetisi ini juga
memberikan tantangan kepada para juri untuk memilih naskah-naskah yang memiliki
unsur lokalitas yang kental, tata bahasa yang baik, ide cerita yang segar, plot
yang tepat, juga penokohan yang sesuai dengan syarat kompetisi yang sebelumnya
sudah dilemparkan tim redaksi kepada Nikko Ganks.
Berikut kesan-kesan yang disampaikan oleh para juri
Kompetisi Menulis Universal Nikko 2016 : Young Adult Locality Novel.
![]() |
Ari Keling |
Ari Keling
“Saya bertualang melalui naskah-naskah peserta lomba, dan
kian sadar betapa kayanya Indonesia dengan lokalitas yang ada. Para peserta
menyajikan cerita yang informatif, tentu saja menambah wawasan saya tentang
negeri ini. Selain itu pula tak sedikit naskah yang membuat saya merenung,
bersyukur, tertawa karena terhibur, tapi lain waktu begitu menyesakkan dada.
Lomba YALN memang luar biasa.”
![]() |
Astuti Parengkuh |
Astuti Parengkuh
“Membaca karya-karya peserta ada berbagai macam rasa, dari
takjub bertualang ke salah satu sisi Pulau Dewata, tentang gaya hidup,
profesionalisme, modernitas yang dibarengi tradisi. Lalu bergumul dengan bahasa
gaul di cerita-cerita yang lain. Tiba-tiba saya manyun tatkala mengikuti alur
yang flat (seperti model sepatu) di kisah lain, tanpa gejolak, hingga akhir
menyisakan tanda tanya. Ada beberapa naskah dibiarkan membias, tidak fokus,
menjadikan juri pusing tujuh keliling (saya sampai saat ini belum menemukan
alasan mengapa kalimat itu memakai angka tujuh, bukan tiga atau sepuluh :)).
Menarik sekali tatkala tiba-tiba ada salah satu peserta mengangkat tema yang
lagi nge-hits ; LGBT! Saya kira lomba YALN momen penting untuk pengayaan
pengetahuan, dan lebih membudayakan literasi.”
![]() |
Lonyenk Rap |
Lonyenk Rap
“Dualisme lahir dalam hati saat aku ditunjuk menjadi juri :
senang dan tegang. Senang, karena aku tahu keseruan seperti apa proses
penjurian itu nanti. Tegang, karena ini bukan tugas yang ringan, menilai sebuah
karya bukan hanya jadi pemenang namun menggiringnya untuk menjadi sebuah karya
yang bisa mendapat respon yang baik dari para pembaca. Awalnya aku sempat
hopeles, bisa nggak sih kami menemukan naskah yang benar benar layak dari sisi
kualitas maupun kuantitas? Namun ketakutanku terbantah, terbunuh oleh naskah
naskah yang tak hanya apik secara teknis namun sekaligus juga menghibur. Ide
bernuansa lokalitas yang luar biasa, eksekusi cerita yang tertata, dialog yang
segar dengan bahasa yang mengalir, hadir diantara naskah naskah lemah yang
langsung masuk kotak sebelum sampai ke portal penilaian selanjutnya. Hebatnya,
naskah naskah peserta unggulan berhasil membuatku hanyut, tenggelam, menitikan
airmata serta tertawa bersamanya. Jika ada pertanyaan, kesan seperti apa yang
aku dapatkan menjadi juri di lomba ini, aku akan tunjuk satu kata :
menakjubkan.”
![]() |
Dian Nafi |
“Membaca naskah-naskah kemarin ini jadi tambah sadar bahwa
menulis yang baik dan menarik itu sungguh tak mudah. Beruntung sekali ada beberapa yang lumayan
memikat hati, namun juga tak mudah
menentukan mana yang terbaik. Untunglah
ada tim juri dan juga tim dari panitia yang sama-sama berupaya memilih yang
paling unggul dari semua. Agar nantinya
buku yang diterbitkan bisa memuaskan pembaca.”
![]() |
Eva Sri Rahayu |
Eva Sri Rahayu
“Menilai begitu banyak naskah sangat tak mudah. Karena
sebagai juri, saya harus melakukan 'pembacaan' pada setiap naskah. Apalagi kemudian
hasil pembacaan itu harus dipertanggungjawabkan, bukan hanya atas nama pribadi,
tapi juga atas nama redaksi. Membaca naskah-naskah yang masuk, saya paham,
bahwa mengemas tema lokalitas dalam novel dengan segmentasi young adult
membutuhkan energi besar. Kadang saya menemukan naskah-naskah yang justru tidak
memuat sama sekali unsur lokalitasnya. Tentu itu mengherankan, karena penulis
kurang mengindahkan tema penting lomba. Namun mayoritas naskah sudah memenuhi
tema besarnya. Kadang saya girang ketika menemukan naskah yang membawa
gagasan-gagasan unik. Pada akhirnya, menjadi juri YALN membawa saya pada
pengalaman membaca yang mengesankan.”
Semoga naskahmu yang terpilih dalam Kompetisi Menulis
Universal Nikko 2016 ini ya, Nikko Ganks.
Let’s Born with Universal Nikko.
1 comments:
Write commentsWih org2 keren semua nih :)
ReplyEmoticonEmoticon